SYED NAQUIB AL-ATTAS
Abstrak:
Tulisan ini menguraikan perjalanan hidup Syed
Naquib al-Attas, Pemikirannya dan berbagai tawaran-tawarannya dalam bidang
pendidikan. Sebagaimana banyak diketahui bahwa Naquib al-Attas sangatlah
mengkritisi sistem pendidikan barat dan produk-produknya yang mengandung
nilai-nilai sekuler, serta berdasarkan paradigmanya bahwa ilmu tidaklah
bersifat netral maka sebagian besar makalah ini menguraikan usahanya dalam
mengislamkan ilmu pengetahuan.
Keywords: Islamisasi, Sistem Pendidikan
Pendahualan
Dari kemjuan Barat yang sangat pesat terdapat
satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa mereka mengesampingkan bahkan
meninggalkan agama demi meraih kemajuan yang mereka cita-citakan. Dalam
pandangan Barat agamalah yang harus menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan
filsafat, jika terdapat ajaran agama yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan filsafat maka ajaran tesebut hharus dikesampingkan. Hal inilah yang
kemudian melahirkan sekularisme yang berpengaruh juga pada aspek kehidupan,
ekonomi, ilmu pengetahuan politik dan sebagainya.
Proyek keilmuan Syed Naquib al-Attas bersama
dengan tokoh lainnya seperti Ismael Faruqi, Husein Nasr dan Zainuddin Sardar
merupakan respon terhadap pengaruh peradaban barat berdasarkan sekularisme
tersebut. Syed Naquib al-Attas ialah salah satunya yang berupaya mengembalikan
dan membersihkan pengaruh sekularisme peradaban Barat dalam ajaran-ajaran pokok
dasar Islam.
Riwayat Hidup dan Pendidikan Syed Naquib
Al-Attas
Nama lengkap Syed Naquib al-Attas adalah Syed
Muhhammad Naquib ibn Ali ibn Abdullah ibn Muhsin al-Attas merupakan ilmuwan
berkebangsaan Malaysia yang lahir di Bogor Jawa Barat pada 5 September 1931.
Ibunya bernama Syarifah Raqaun al-‘Aydarus, keturunan ningrat dari Bogor yang
masih memiliki hubungan darah dengan
keluarga Raja Sunda dari Sukapura Jawa Barat.[1]
Riwayat pendidikannya dimulai pada saat ia berusia
lima tahun dan pindah ke Johor, Malaysia ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar
berbahasa Inggris (English Elementary School) Ngee Heng dari 1936-1941.
Selama di Malaysia ia tinggal bersama pamannya, Ahmad. Sampai pada masa
pendudukan Jepang ia kembali ke Jawa Barat dan menempuh pendidikan di Pesantren
al-‘Urwat al-Wutsqa di Sukabumi dan mendalami agama serta bahasa Arab
disana. Al-Attas kembali lagi ke Johor, Malaysia pada 1946 dan melanjutkan
pendidikannya di Bukit Zahrah School kemudian belajar di English College,
selama di Malaysia kali ini ia hidup bersama Menteri Besar Johor saat itu yaitu
Tengku Abdul Aziz yang merupakan saudara ayahnya.[2]
Selanjutnya ia mengikuti dunia kemiliteran dan
menjadi perwira Kadet dalam lascar Melayu Inggris, lalu ia terpilih menjadi
salah satu yang melanjutkan latihan dan pembelajaran militer di Eaton Hall,
Chester Inggris lalu di Royal Militery Academy Sandhrust Inggris pada 1952-1955
M. Pada akhirnya saat ia berpangkat letnan ia menyadari bahwa menjadi tentara
bukanlah minatnya hingga ia memutuskan keluar dan pada 1957- 1959 ia
melanjutkan pendidikannya di Universitas Malay. Kemudian ia melanjutkan
pendidikannya lagi di Universitas McGill Montreal, Canada dan pada 1962 ia
memperoleh gelar M. A dalam bidang Studi Islam.
Tak sampai disitu, pada tahun 1963 ia
memperoleh sponsor dari Sir Richard Winstert dan Sir
Monimer Wheler dari British Academy untuk melanjutkan studinya di Universitas
London untuk program pasca sarjana sampai pada tahun 1965 dan berhasil meraih
gelar Ph. D. dengan predikat cumlaude dalam bidang Filsafat Islam dan
Kesusasteraan Melayu Islam.[3]
Setelah menyelesaikan studi
pascasarjananya di Inggris ia kembali ke Universitas Malaya dan mengabdi
sebagai dosen di sana dan ia dipercaya sebagai Dekan Fakultas Sastra pada
1968-1970. Selain itu pekerjaan dan jabatan yang pernah ia capai antara lain;
Dekan Fakultas Sastra Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur pada
1970-1973, pendiri Institut bahasa, kesusastraan dan kebudayaan Melayu di
Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur dan Naquib menjabat sebagai
direkturnya, Guru besar Bahasa dan Kesusastraan Melayu , salah satu pendiri Universitas
Islam Antarbangsa Malaysia Kuala Lumpur pada 1987, pendiri Institut Antarbangsa
Pemikiran dan Peradaban Islam (ISTAC) yang diresmikan pada 22 November 1987,
Guru Besar tamu di Universitas Temple Philadelpia, Guru Besar tamu di
Universitas Ohio dan Guru Besar tamu di Universitas Amerika Washington D. C
untuk kajian Islam.
Pemikiran Syed Naquib al-Attas
Terdapat dua pembahasan pokok
dalam pemikiran Syed Naquib al-Attas yaitu; Islamisasi ilmu pengetahuan dan
Sistem Pendidikan Islam.
A. Islamisasi Ilmu
Menurut Syed Naquib al-Attas
tantangan terbesar umat Islam adalah adanya pengaruh ilmu pengetahhuan dari
Barat, maka Naquib bertujuan untuk mengislamisasi ilmu pengetahuan dalam artian
mensucikan kembali ilmu pengetahuan agar kembali mengacu kepada sistem pengembangan
pendidikan Islam sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh nantinya merupakan
ilmu pengetahuan yang bercorak islami. Gaasan awal islamisasi pengetahuan itu
sendiri dilontarkan oleh Ismail Raji al-Faruqi dan Syed Naquib al-Attas pada
konferensi dunia pertama mengenai pendidikan muslim di Makkah pada tahun 1977. [4]
Menurut Naquib beberapa ilmu yang
membutuhkan Islamisasi tidak lain adalah ilmu pengetahuan modern atau ilmu
pengetahuan kontemporer, sebab menurut al-Attas ilmu-ilmu tersebutlah yang
telah tercampur nilai-nilai sekularisme dari barat. Syed Naquib mengatakan
“Ilmu tidak bersifat netral, ia bisa saja dimasuki oleh sifat-sifat dan
kandungan-kandungan yang menyerupai ilmu”[5].
Naquib menganggap bahwa ilmu pengetahuan yang telah tersebar ke seluruh dunia
yang telah tercampur oleh pengetahuan Barat adalah pengetahuan yang didasarkan
pada skeptisisme kemudian diilmiahkan dengan metodologi. Atas dasar
perkataannya tersebut bahwa ilmu tidak bersifat netral, maka lahirlah gagasan
Naquib bahwa menerapkan Islamisasi ilmu pengetahuan berarti membebaskan ilmu pengetahuan dari penafsiran-penafsiran
yang didasarkan pada ideologi-ideologi sekuler.[6]
Pada proses ilsamisasi ilmu; dalam
salah satu bukunya Konsep Pendidikan dalam Islam; ia mengelompokkan ilmu
menjadi dua; yaitu kelompok ilmu agama dan kelompok ilmu rasional. Kelompok
ilmu agama meliputi Alquran (qiraat, tafsir dan ta’wil), hadis, syariah,
teologi, metafisika Islam dan ilmu-ilmu tata bahasa beserta sastranya. Adapun
kelompok ilmu rasional antara lain terdiri dari ilmu kemanusiaan, ilmu alamiah,
ilmu terapan dan ilmu teknologi. Proses Islamisasi Ilmu pengetahhuan lebih
ditujukan kepada kelompok ilmu rasioanl.
Upaya awal yang dilakukan pada
proses Islamisasi ilmu pengetahuan adalah dengan Islamisasi bahasa. Islamisasi
bahasa bukanlah mengganti bahasa-bahasa ilmu pengetahuan menjadi bahasa Arab
melainkan mengislamkan istilah-istilah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan.
Istilah-istilah Islam menurut Naquib bukan bertujuan mempersatukan umat muslim karena
adanya kesamaan agama, namun selain itu istilah-istilah Islam tidak dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan memuaskan. Selain bahasa, proses
islamisasi lain yang dipakai adalah tafsir dan ta’wil sebagai metodologi.
B. Sistem Pendidikan
Atas dasar segala pemikiran Naquib
mengenai Islamisai, ia juga menawarkan berbagai konsep sistem pendidikan.
Pada sistem pendidikan yang
ditawarkan Naquib memiliki tujuan yaitu pendidikan dalam Islam harus melahirkan
manusia-manusia yang baik secara universal (insan kami). Insan kamil yang
dimaksud disini adalah manusia yang mimiliki ciri sebagaimana berikut; pertama,
memiliki keseimbangan kepribadian dalam hubungannya dengan Allah dan dengan
sesama manusia, kedua, memiliki keseimbangan dalam kepribadian antara
pikir dan dzikirnya. Dari ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi bahwa pendidikan
yang ditawarkan oleh Naquib mengarah pada pendidikan yang berwarnakan moral
religious.[7]
Menurut Naquib, pendidikan itu
sendiri adalah suatu proses menanamkan sesuatu ke dalam diri manusia. Pada
kalimat tersebut kata “proses menanamkan” memiliki arti metode atau sistem,
sedangkan “sesuatu” merupakan kandungan yang ditanamkan dan “diri manusia”
adalah penerima proses. Dari pendapat Naquib mengenai devinisi pendidikan
tersebut maka dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat tiga unsur pendidikan
yatu proses, kandungan dan penerima.[8]
Selanjutnya konsep terpenting dari
sistem pendidikan yang ditawarkan oleh
Naquib adalah Adab. Adab disini adalah pendisiplinan pikiran dan jiwa untuk
menunjukan tindakan yang benar terhadap yang salah. Bagi Naquib pendidikan
berarti penanaman adab ke dalam diri manusia dan proses penanaman ini disebut
ta’dib.[9]
Perwujudan tertinggi dari konsep
sistem pendidikan terletak pada ranah universitas. Dalam konsep sistem
pendidikan Naquib, target produk universitas adalan manusia universal (insan
kami atau manusia sempurna). Namun hanya dalam Islamlah yang menurutnya
mengenal figure manusia sempurna ya’ni Nabi Muhammad saw. maka konsep
pendidikan universitas dalam Islam berkenaan erat dengan manusia yang
perumusannya sebagai sistem mengambil model manusia sebagaimana ada dalam
pribadi Nabi Muhammad saw.
Karya-karya Syed Naquib Al-Attas
Karya-karya Syed Naquib al-Attas
antara lain adalah:
2.
(1972)
Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu
3.
(1975) Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjat
au’l Siddiq: A Refutation, Kuala Lumpur Museum Department.
6.
(1988) The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century
Malay Translation of the `Aqa’id of al-Nasafi
14. (1995) Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An
Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam
DaftarRujukan
Afifah, Ni’mah.2016. Islamisasi
Ilmu Pengetahuan Perspektif Naquib Alattas Di Tengah Kemunduran Dunia Ilmiah
Islam. Jurnal Modeling Program Studi PGMI
Vol. 3 No. 2.
al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1996.Konsep Pendidikan
Dalam Islam. Bandung: Mizan.
Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang,
Vol. 1 Tahun 2017, 78
Rosnita. 2011.Kurikulum Pendidikan Islam, Gagasan
Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Banda Aceh: Pena.
Soleh, Khudori. 2003. Pemikiran Islam Kontemporer.
Yogyakarta: Penerbit Jendela.
Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf.Pemikiran Syed Muhammad
Naquib Al-Attas Tentang Pendidikan Islam. Gresik: Jurnal Universitas
Muhamadiyah.
[1]Rosnita, Kurikulum Pendidikan Islam, Gagasan Pendidikan Syed
Muhammad Naquib al-Attas (Banda Aceh: Pena, 2011), 45
[2]Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta: Penerbit
Jendela, 2003), 330
[3]Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Tentang Pendidikan Islam (Gresik: Jurnal Universitas Muhamadiyah), 14-15
[4]Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang, Vol. 1 Tahun 2017,
78
[5]Ibid.., 78
[6]Khudori Soleh, Pemikiran Islam..,331
[7]Ni’mah Afifah, Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Perspektif Naquib Alattas Di Tengah Kemunduran Dunia Ilmiah Islam. Jurnal
Modeling Program Studi PGMI Vol. 3 No. 2 2016, 212
[8]Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam
(Bandung: Mizan), 35
[9]Khudori Soleh, Pemikiran Islam, 348