ISLAM DALAM PENDEKATAN SOSIOLOGI
Agama telah menjadi
penelitian sejak dulu. Masalah nya karena mengapa bisa manusia mempercayai
sesuatu kekuatan yang jauh lebih tinggi dan manusia mencoba berbagai cara untuk
dapat berinteraksi dengan yang dianggap lebih tinggi dari nya.
Banyak penelitian yang
membuktikan tingkat keagamaan dan kepercayaan suatu masyarakat dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan peradaban suatu masyarakat tersebut.
Mengkaji suatu fenomena
keagamaan berarti kita juga harus mempelajari perilaku manusia dalam keagamaan
nya pula. Beragama lebih condong kepada sikap dan perilaku manusia yang
menyangkut kesucian dan kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari nya. Apabila
dikaitkan dalam ilmu sosiologi berarti beragama sangat mempengaruhi sikap dan perilaku
manusia kepada masyarakat.
Sosiologi sendiri berasal
dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti kawan, teman sedangkan logos
berarti ilmu pengetahuan.[1] Sosiologi
pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas
ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied
science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya
guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi.[2]
Oleh sebab itu saya
mencoba mengkaji agama khusus nya islam melalui pendekatan sosiologi. Alasannya
nya adalah karena sosiologi dapat memandang secara luas dan terperinci tentang
sikap dan perilaku manusia ke manusia yang lain dan hal itu menjadi sangat
penting dalam beragama.
Melalui pendekatan
sosiologi dalam studi islam berguna untuk mengetahui perilaku manusia dalam
ibadah mu’amalah nya. Begitu pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami
agama khusus nya islam karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan kepada
fenomena sosial.
Dalam islam sendiri
Alquran dan Hadist proporsi terbesar dalam dua kitab itu adalah mengenai ibadah
mu’amalah nya. Artinya kita beragama lebih penting beribadah untuk kepentingan
sosial yang ada dalam masyarakat, dan bukan berarti ibadah wajib tidak penting
keduanya sama-sama memiliki fungsi tersendiri. Kita harus berhubungan baik
secara vertical maupun horizontal, dalam artian vertical adalah hubungan kita
kepada Allah dan horizontal adalah hubungan kita kepada seluruh manusia.
Terkadang manusia hanya
melakukan hubungan vertical saja dan tidak mempedulikan keadaan sosial yang
terjadi saat ini. Bahkan hal tersebut dapat mengakibatkan suatu konflik
tertentu yang mengatasnamakan agama. Namun hubungan horizontal saja juga tidak
baik bagaimanapun kita adalah hamba yang harus terus menerus bertasbih dan
tunduk kepadanya.
Keseimbangan dalam
beragama sangatlah penting agar tidak terjadi konflik yang mengatasnamakan
agama sebagai suatu kebenaran. Pendekatan secara sosiologi seperti ini sangat
lah membantu dalam artian sebagai suatu sudut pandang dalam mempelajari agama
khususnya islam. Konflik-konflik atas nama agama yang sering terjadi boleh jadi
sebab kesalahan dalam mempelajari suau agama, dan saya kira masalah tersebut
sangat lah rumit apabila di selesaikan melalui pendekatan teologi masing-masing
agama karena setiap agama memiliki konsep sendiri-sendiri yang mungkin berbeda
dengan agama lain.
Dengan pendekataan
sosiologi sudah saya jelaskan kita dapat melihat secara rinci dan luas hal apa
yang membuat konflik atas nama agama. Dan ilmu sosiologi dapat menyelesaikan
suatu konflik yang mengatasnamakan agama apabila kita pelajari dengan
sungguh-sungguh. Bagaimanapun kita adalah makhluk sosial yang sangat
membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup dan juga beragama dengan benar.
[1] (https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi).
Cours de Philosophie Positive karangan August Comte (1798-1857).
[2] ejournal.undaris.ac.id/index.php/inspirasi/article/download/1/1
No comments:
Post a Comment