Tuesday, May 14, 2019

PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS


SYED NAQUIB AL-ATTAS



Abstrak: 
         Tulisan ini menguraikan perjalanan hidup Syed Naquib al-Attas, Pemikirannya dan berbagai tawaran-tawarannya dalam bidang pendidikan. Sebagaimana banyak diketahui bahwa Naquib al-Attas sangatlah mengkritisi sistem pendidikan barat dan produk-produknya yang mengandung nilai-nilai sekuler, serta berdasarkan paradigmanya bahwa ilmu tidaklah bersifat netral maka sebagian besar makalah ini menguraikan usahanya dalam mengislamkan ilmu pengetahuan.
Keywords: Islamisasi, Sistem Pendidikan


Pendahualan
Dari kemjuan Barat yang sangat pesat terdapat satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa mereka mengesampingkan bahkan meninggalkan agama demi meraih kemajuan yang mereka cita-citakan. Dalam pandangan Barat agamalah yang harus menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat, jika terdapat ajaran agama yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan filsafat maka ajaran tesebut hharus dikesampingkan. Hal inilah yang kemudian melahirkan sekularisme yang berpengaruh juga pada aspek kehidupan, ekonomi, ilmu pengetahuan politik dan sebagainya.
Proyek keilmuan Syed Naquib al-Attas bersama dengan tokoh lainnya seperti Ismael Faruqi, Husein Nasr dan Zainuddin Sardar merupakan respon terhadap pengaruh peradaban barat berdasarkan sekularisme tersebut. Syed Naquib al-Attas ialah salah satunya yang berupaya mengembalikan dan membersihkan pengaruh sekularisme peradaban Barat dalam ajaran-ajaran pokok dasar Islam.

Riwayat Hidup dan Pendidikan Syed Naquib Al-Attas
Nama lengkap Syed Naquib al-Attas adalah Syed Muhhammad Naquib ibn Ali ibn Abdullah ibn Muhsin al-Attas merupakan ilmuwan berkebangsaan Malaysia yang lahir di Bogor Jawa Barat pada 5 September 1931. Ibunya bernama Syarifah Raqaun al-‘Aydarus, keturunan ningrat dari Bogor yang masih memiliki hubungan darah  dengan keluarga Raja Sunda dari Sukapura Jawa Barat.[1]
Riwayat pendidikannya dimulai pada saat ia berusia lima tahun dan pindah ke Johor, Malaysia ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar berbahasa Inggris (English Elementary School) Ngee Heng dari 1936-1941. Selama di Malaysia ia tinggal bersama pamannya, Ahmad. Sampai pada masa pendudukan Jepang ia kembali ke Jawa Barat dan menempuh pendidikan di Pesantren al-‘Urwat al-Wutsqa di Sukabumi dan mendalami agama serta bahasa Arab disana. Al-Attas kembali lagi ke Johor, Malaysia pada 1946 dan melanjutkan pendidikannya di Bukit Zahrah School kemudian belajar di English College, selama di Malaysia kali ini ia hidup bersama Menteri Besar Johor saat itu yaitu Tengku Abdul Aziz yang merupakan saudara ayahnya.[2]
Selanjutnya ia mengikuti dunia kemiliteran dan menjadi perwira Kadet dalam lascar Melayu Inggris, lalu ia terpilih menjadi salah satu yang melanjutkan latihan dan pembelajaran militer di Eaton Hall, Chester Inggris lalu di Royal Militery Academy Sandhrust Inggris pada 1952-1955 M. Pada akhirnya saat ia berpangkat letnan ia menyadari bahwa menjadi tentara bukanlah minatnya hingga ia memutuskan keluar dan pada 1957- 1959 ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Malay. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya lagi di Universitas McGill Montreal, Canada dan pada 1962 ia memperoleh gelar M. A dalam bidang Studi Islam.
Tak sampai disitu, pada tahun 1963 ia memperoleh sponsor dari Sir Richard Winstert dan Sir Monimer Wheler dari British Academy untuk melanjutkan studinya di Universitas London untuk program pasca sarjana sampai pada tahun 1965 dan berhasil meraih gelar Ph. D. dengan predikat cumlaude dalam bidang Filsafat Islam dan Kesusasteraan Melayu Islam.[3]
Setelah menyelesaikan studi pascasarjananya di Inggris ia kembali ke Universitas Malaya dan mengabdi sebagai dosen di sana dan ia dipercaya sebagai Dekan Fakultas Sastra pada 1968-1970. Selain itu pekerjaan dan jabatan yang pernah ia capai antara lain; Dekan Fakultas Sastra Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur pada 1970-1973, pendiri Institut bahasa, kesusastraan dan kebudayaan Melayu di Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur dan Naquib menjabat sebagai direkturnya, Guru besar Bahasa dan Kesusastraan Melayu , salah satu pendiri Universitas Islam Antarbangsa Malaysia Kuala Lumpur pada 1987, pendiri Institut Antarbangsa Pemikiran dan Peradaban Islam (ISTAC) yang diresmikan pada 22 November 1987, Guru Besar tamu di Universitas Temple Philadelpia, Guru Besar tamu di Universitas Ohio dan Guru Besar tamu di Universitas Amerika Washington D. C untuk kajian Islam.
















Pemikiran Syed Naquib al-Attas
Terdapat dua pembahasan pokok dalam pemikiran Syed Naquib al-Attas yaitu; Islamisasi ilmu pengetahuan dan Sistem Pendidikan Islam.
A.  Islamisasi Ilmu
Menurut Syed Naquib al-Attas tantangan terbesar umat Islam adalah adanya pengaruh ilmu pengetahhuan dari Barat, maka Naquib bertujuan untuk mengislamisasi ilmu pengetahuan dalam artian mensucikan kembali ilmu pengetahuan agar kembali mengacu kepada sistem pengembangan pendidikan Islam sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh nantinya merupakan ilmu pengetahuan yang bercorak islami. Gaasan awal islamisasi pengetahuan itu sendiri dilontarkan oleh Ismail Raji al-Faruqi dan Syed Naquib al-Attas pada konferensi dunia pertama mengenai pendidikan muslim di Makkah pada tahun 1977. [4]
Menurut Naquib beberapa ilmu yang membutuhkan Islamisasi tidak lain adalah ilmu pengetahuan modern atau ilmu pengetahuan kontemporer, sebab menurut al-Attas ilmu-ilmu tersebutlah yang telah tercampur nilai-nilai sekularisme dari barat. Syed Naquib mengatakan “Ilmu tidak bersifat netral, ia bisa saja dimasuki oleh sifat-sifat dan kandungan-kandungan yang menyerupai ilmu”[5]. Naquib menganggap bahwa ilmu pengetahuan yang telah tersebar ke seluruh dunia yang telah tercampur oleh pengetahuan Barat adalah pengetahuan yang didasarkan pada skeptisisme kemudian diilmiahkan dengan metodologi. Atas dasar perkataannya tersebut bahwa ilmu tidak bersifat netral, maka lahirlah gagasan Naquib bahwa menerapkan Islamisasi ilmu pengetahuan berarti membebaskan  ilmu pengetahuan dari penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ideologi-ideologi sekuler.[6]
Pada proses ilsamisasi ilmu; dalam salah satu bukunya Konsep Pendidikan dalam Islam; ia mengelompokkan ilmu menjadi dua; yaitu kelompok ilmu agama dan kelompok ilmu rasional. Kelompok ilmu agama meliputi Alquran (qiraat, tafsir dan ta’wil), hadis, syariah, teologi, metafisika Islam dan ilmu-ilmu tata bahasa beserta sastranya. Adapun kelompok ilmu rasional antara lain terdiri dari ilmu kemanusiaan, ilmu alamiah, ilmu terapan dan ilmu teknologi. Proses Islamisasi Ilmu pengetahhuan lebih ditujukan kepada kelompok ilmu rasioanl.
Upaya awal yang dilakukan pada proses Islamisasi ilmu pengetahuan adalah dengan Islamisasi bahasa. Islamisasi bahasa bukanlah mengganti bahasa-bahasa ilmu pengetahuan menjadi bahasa Arab melainkan mengislamkan istilah-istilah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan. Istilah-istilah Islam menurut Naquib bukan bertujuan mempersatukan umat muslim karena adanya kesamaan agama, namun selain itu istilah-istilah Islam tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan memuaskan. Selain bahasa, proses islamisasi lain yang dipakai adalah tafsir dan ta’wil sebagai metodologi.
B.  Sistem Pendidikan
Atas dasar segala pemikiran Naquib mengenai Islamisai, ia juga menawarkan berbagai konsep sistem pendidikan.
Pada sistem pendidikan yang ditawarkan Naquib memiliki tujuan yaitu pendidikan dalam Islam harus melahirkan manusia-manusia yang baik secara universal (insan kami). Insan kamil yang dimaksud disini adalah manusia yang mimiliki ciri sebagaimana berikut; pertama, memiliki keseimbangan kepribadian dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia, kedua, memiliki keseimbangan dalam kepribadian antara pikir dan dzikirnya. Dari ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi bahwa pendidikan yang ditawarkan oleh Naquib mengarah pada pendidikan yang berwarnakan moral religious.[7]
Menurut Naquib, pendidikan itu sendiri adalah suatu proses menanamkan sesuatu ke dalam diri manusia. Pada kalimat tersebut kata “proses menanamkan” memiliki arti metode atau sistem, sedangkan “sesuatu” merupakan kandungan yang ditanamkan dan “diri manusia” adalah penerima proses. Dari pendapat Naquib mengenai devinisi pendidikan tersebut maka dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat tiga unsur pendidikan yatu proses, kandungan dan penerima.[8]
Selanjutnya konsep terpenting dari sistem pendidikan yang  ditawarkan oleh Naquib adalah Adab. Adab disini adalah pendisiplinan pikiran dan jiwa untuk menunjukan tindakan yang benar terhadap yang salah. Bagi Naquib pendidikan berarti penanaman adab ke dalam diri manusia dan proses penanaman ini disebut ta’dib.[9]
Perwujudan tertinggi dari konsep sistem pendidikan terletak pada ranah universitas. Dalam konsep sistem pendidikan Naquib, target produk universitas adalan manusia universal (insan kami atau manusia sempurna). Namun hanya dalam Islamlah yang menurutnya mengenal figure manusia sempurna ya’ni Nabi Muhammad saw. maka konsep pendidikan universitas dalam Islam berkenaan erat dengan manusia yang perumusannya sebagai sistem mengambil model manusia sebagaimana ada dalam pribadi Nabi Muhammad saw.



Karya-karya Syed Naquib Al-Attas
Karya-karya Syed Naquib al-Attas antara lain adalah:
1.     (1970) The Correct Date of the Terengganu Inscription, Kuala Lumpur Museum Department.
2.     (1972) Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu
3.     (1975) Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjat au’l Siddiq: A Refutation, Kuala Lumpur Museum Department.
4.     (1978) Islam and SecularismISBN 983-99628-6-8
5.     (1980) The Concept of Education in Islam
6.     (1988) The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century Malay Translation of the `Aqa’id of al-Nasafi
7.     (1989) Islam and the Philosophy of Science, Kuala Lumpur: ISTAC, 2001)
8.     (1990) The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul
9.     (1990) On Quiddity and Essence
10. (1990) The Intuition of Existence
11. (1992) The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality
12. (1993) The Meaning and Experience of Happiness in Islam, Kuala Lumpur: ISTAC, 1998)
13. (1994) The Degrees of Existence
14. (1995) Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam
15. (2011) Historical Fact and Fiction



DaftarRujukan
Afifah, Ni’mah.2016. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perspektif Naquib Alattas Di Tengah Kemunduran Dunia Ilmiah Islam. Jurnal Modeling Program Studi PGMI Vol. 3 No. 2.
al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1996.Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan.
Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang, Vol. 1 Tahun 2017, 78
Rosnita. 2011.Kurikulum Pendidikan Islam, Gagasan Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Banda Aceh: Pena.
Soleh, Khudori. 2003. Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Jendela.
Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf.Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas Tentang Pendidikan Islam. Gresik: Jurnal Universitas Muhamadiyah.


[1]Rosnita, Kurikulum Pendidikan Islam, Gagasan Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas (Banda Aceh: Pena, 2011), 45
[2]Khudori Soleh, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003), 330
[3]Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas Tentang Pendidikan Islam (Gresik: Jurnal Universitas Muhamadiyah), 14-15
[4]Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang, Vol. 1 Tahun 2017, 78
[5]Ibid.., 78
[6]Khudori Soleh, Pemikiran Islam..,331
[7]Ni’mah Afifah, Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perspektif Naquib Alattas Di Tengah Kemunduran Dunia Ilmiah Islam. Jurnal Modeling Program Studi PGMI Vol. 3 No. 2 2016, 212
[8]Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam (Bandung: Mizan), 35
[9]Khudori Soleh, Pemikiran Islam, 348

No comments:

Post a Comment